(dedi-smk.blogspot.com) Pertanyaan seputar kemajuan Indonesia sering kali muncul di benak saya. Sebenarnya saya sangat bingung, kok bisa-bisanya ya negara kaya seperti Indonesia sangat sulit untuk mengangkat dari negara berkembang menjadi negara maju? Kurang apa negeri ini? Coba bandingkan dengan Arab saudi yang tandus, mereka mampu menjadikan negara mereka sebagai negara maju. Kita lihat perbedaan antara Indonesia dan Arab:
- Indonesia kaya akan hutan, sedangkan di Arab saudi tak ada hutan.
- Indonesia kaya akan hasil laut, sedangkan di Arab tak ada laut.
- Indonesia kaya akan peternakan, sedangkan di Arab sangat sedikit peternakan.
- Indonesia kaya akan emas, Arab saudi sepertinya tidak memiliki tambang emas sebanyak di Indonesia.
- Indonesia memiliiki sumber minyak yang banyak, Arab saudi juga sama.
Dilihat dari lima poin diatas saja seharusnya Indonesia mampu mengungguli Arab berkali-kali lipat, namun pada kenyataannya fakta berbicara lain. Baiklah kita kembali ke topik, berikut ini adalah alasan mengapa Indonesia susah aju menurut saya:
Masih terbawa budaya lama
Maklumlah Indonesia sampai hari gini masih juga mempercayai dukun, banyak anak banyak rejeki, dan hal-hal mistis. Sebenarnya ini justru menghambat perkembangan berfikir, coba saja perhatikan saat ada yang sakit mereka cenderung pergi ke dukun. Lalu kapan mereka akan mengenal dunia kedokteran? Jika kenal saja tidak apakah mungkin mereka mau mempelajari? Yang ada setiap hari hanya memikirkan weton dan membeli menyan, jika seumpama kita di jajah lagi (semoga tidak) mungkin mereka akan mengunakan menyan untuk melawan penjajah.
Orang tua tak memikirkan masa depan anaknya
Berbeda sekali dengan jepang, sebuah penelitian mengatakan bahwa masyarakat jepang selalu berfikiran jauh ke depan. Sebagai contoh jika ada omset yang menguntungkan untuk 100 tahun ke depan maka orang jepang akan menanamkan modalnya agar anaknya dapat menikmati keuntungannya kelak. Yang saya lihat di Indonesia orang tua yang seharusnya mampu menyekolahkan anaknya (punya sapi, punya kambing, punya motor, bahkan punya dua rumah meskipun sederhana) mereka justru enggan menyekolahkan anak karena alasan tidak memiliki biaya. Dan mirisnya lagi hal ini terjadi disekitar saya, fikiranku apa yang orang-orang tua ini pikirkan? Apakah mereka berfikir masih hidup di zaman kuno yang pada saat itu sekolah tidak terlalu penting?
Malas sekolah
Hal ini juga terjadi di tempatku, ada temanku lulus SMP namun tidak mau melanjutkan meskipun sebenarnya orang tuanya mau dan mampu membiayai. Mungkin teman saya berfikir bahwa berdagang roti (seperti yang dia dilakukan sekarang) adalah hal terbaik buat dia.
Terlalu baik dan pendiam
Seperti di film sinetron saya sering marah sendiri bila melihat orang baik yang di aniyaya oleh orang jahat namun hanya diam saja. Mungkin ini juga yang terjadi pada Indonesia, sudah jelas-jelas harga diri kita di injak-injak, sumber daya kita dirampas, kita diperbudak namun yang kita lakukan hanyalah diam. Satu lagi saya benci dengan peribahasa diam adalah emas, karena menurut saya bicara jujur dan bijak adalah berlian yang nilainya jauh lebih tinggi dari emas.
Masih sedikit orang yang jujur
Untuk mencari orang jujur di Indonesia sangatlah sulit, dan sebaliknya untuk mencari orang tak jujur sangatlah mudah. Arti kata jujur disini sangatlah luas, orang tak jujur kerap kita temui sebagai koruptor, pencopet, penjahat, penyuap, dan yang paling saya benci adalah seorang pemimpin yang tidak bisa memimpin.
Baiklah mungkin itu saja dari saya, dan jika ada berpendapat lain boleh saja tak ada yang melarang. Ingatlah bahwa kemajuan Indonesia ada ditangan kita, jika kita maju maka Indonesia akan maju namun jika kita terjerumus maka Indonesia juga akan terjerumus. Teruslah menangis meskipun engkau bahagia, jangan biarkan dirimu lengah.